Salah satu perhelatan bulu tangkis paling bergengsi di Dunia adalah All England. Perhelatan itu merupakan salah satu dari pertandingan bulu tangkis tertua di dunia. Tak ayal, banyak negara dan atlit yang bermimpi meraih trofi di All England.
Indonesia yang sebagian besar penduduknya memiliki kecintaan terhadap bulu tangkis, telah lama mempersiapkan atlitnya untuk berlaga di kejuaraan tersebut. Persiapan mengikuti acara telah dilakukan sejak 4 bulan lalu. Mulai dari persiapan fisik, mental, hingga vaksinasi atlit pun dilakukan.
Singkat cerita, akhirnya para atlit berangkat ke negeri ratu Elizabeth diiringi doa dan harapan dari seluruh rakyat Indonesia. Saya pun yang saat ini berada di Jepang, turut memantau dan memberi dukungan dan doa kepada mereka.
Akhirnya terdengar 3 kabar kemenangan dari kontingen Indonesia, yang pertama adalah Minions, kemudian Jojo, dan The Daddies. Setelah itu saya mencoba memantau jadwal berikutnya. Saya merasa janggal ketika nama Ginting warnanya diubah menjadi abu-abu dengan tulisan WO. Awalnya saya curiga Ginting melakukan kesalahan hingga harus WO. Namun aneh nya ternyata semua nama atlet Indonesia di WO.
Saya mencoba mencari penyebab nya, saya temukan di akun IG. koh Marcus. Yah ternyata semua atlet Indonesia dipaksa mundur dari perhelatan akbar ini dikarenakan ada email dari satgas covid nya Inggris jika kontingen Indonesia satu pesawat dengan orang yang saat di tes hasilnya positif.
Ok, pertanyaan dalam hati saya adalah, apakah hal itu tidak diantisipasi dulu oleh panitia? misal, mewajibkan atlet untuk datang 10 hari sebelum laga di mulai? Kenapa saya bertanya seperti ini? karena ini menyangkut keselamatan atlet, panitia hingga masyarakat Inggris. Jelas-jelas perhelatan ada di Inggris, sehingga harus mematuhi protokol Inggris. Apakah ini tidak diinformasikan sebelum nya? Sangat aneh.
Perlombaan yang sangat bergengsi dan berusia tua seperti dipanitiai oleh anak yang baru pertama menyelenggarakan even skala RT yang tanpa perisapan dan antisipasi matang.
Ingat tim yang datang ke All England adalah duta tiap negara, mereka adalah cerminan dari wakil terbaik di tiap negara. Artinya mereka datang ke sana sebagai duta, sebagai tamu bagi Negara Inggris, bukan sebagai pelancong yang sedang menikmati pemandangan Inggris. Harusnya mereka datang dengan tujuan diplomatik. Saya tidak tahu, visa apa yang diberikan ke pada mereka, menurut saya tim tersebut seharusnya istimewa, bukan visa turis. Sehingga negara penerima wajib melindungi dan menjamin keberadaan mereka di sana. konsekuensi nya seharus nya mereka tidak bisa dianggap harus mematuhi aturan Covid yang sifatnya adhoc. Ini sangat berhubungan dengan bagaimana SOP BWF dan Panitia penyelenggara.
Jika berkaca pada Thailand, mereka menerapkan sistem buble, harusnya Inggris pun seperti itu. Alasan melindungi rakyat Inggris dari covid ini seperti alasan klise, toh para atlit tidak akan bersentuhan langsung dengan rakyat Inggris. Alasan yang sangat aneh dan kelihatan dibuat-buat.
Hal yang sangat nyesek berikutnya adalah perlakuan saat mereka disuruh ke hotel dengan jalan kaki. Aneh, bukan nya dengan menyuruh mereka berjalan kaki, itu artinya ada kemungkinan untuk bertemu masyarakat Inggris? Jadi di mana letak perlindungan nya?
Aturan yang aneh lagi adalah tes bagi atlet, saat itu ada 7 orang dari tim denmark, India dan Thailand yang memiliki hasil positiv. Tapi akhirnya disuruh tes mandiri dan memperoleh hasil negativ. Lah, tanpa isolasi dulu? ini aturan macam apa? Jelas terindikasi positiv kok gak isolasi, yang hanya 1 pesawat dengan orang yang entah ada atau tidak malah disuruh isolasi 10 hari. Kacau, nyesek banget.
Semoga kelak ini menjadi pelajaran bagi generasi penerus kita. dan saya harap pemerintah mampu membawa masalah ini ke meja hijau.
Alfianto Enggar 